SUKOSONO - Pengacak-acakan tiga kuburan terjadi di Tempat Pemakaman
Winong Desa Sukosono Kecamatan Kedung, Jepara. Ketiganya merupakan
kuburan Gatot Sutanto (40), warga RT 15 RW 4, yang dikebumikan pada 23
Mei lalu, kemudian Paniman (60), warga RT 14 RW 4 (6 Juni), dan Sutris
(70), warga RT 15 RW 3 (13 Juli).
Aksi oknum tak bertanggung jawab yang mengacak-acak tiga kuburan itu
tak lama setelah ketiga nama tersebut dikuburkan. Pada kejadian yang
menimpa kuburan Gatot dan Paniman, pihak keluarga dan warga sekitar
masih menganggap tidak ada kejanggalan.
Tapi, ketika itu kembali terjadi pada makam Sutris, mulai ada
kecurigaan. Bahkan, di makan Sutris dilakukan hingga dua kali, yakni
pada malam ketiga dan kelima dari hari pemakaman.
Mulai resah dengan peristiwa itu, pihak keluarga almarhum Sutris
bermusyawarah dengan Pemerintah Desa Sukosono untuk membongkar makam,
kemarin. Tujuannya, untuk mengetahui kondisi jasad di dalam kuburan,
apakah masih utuh atau tidak.
Adapun untuk dua kuburan lainnya yang juga diacak-acak tidak ada
pembongkaran untuk diperiksa karena belum ada izin dari pihak keluarga.
Petinggi Desa Sukosono Suwono mengemukakan, hal itu diketahui kali
pertama pada Selasa (17/7) pagi oleh warga. Warga pun melaporkan ke H
Suharto, anak almarhum. Saat itu gundukan tanah yang sebelumnya rapi
terlihat berantakan. Begitu pula dengan batu nisan yang telah bergeser.
Melihat kondisi tersebut, Suharto kemudian melaporkannya ke
Pemerintah Desa. Hingga kemudian muncul keputusan untuk mengecek dengan
membongkar makam. ''Saat itu, kami memutuskan untuk mengecek apa yang
terjadi dengan jasad korban,'' ujarnya.
Sekitar pukul 12.00, beberapa pekerja didampingi polisi dan TNI serta
dokter membongkar makam tersebut, untuk melakukan visum. Hingga
akhirnya diketahui, memang ada indikasi makam tersebut telah dibongkar
orang tak bertanggung jawab.
Kepala Terpisah
Ketua Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat (FKM) Desa Sukosono
Subhan mengungkapkan, hasil pemeriksaan kondisi jasad Sutris sudah tidak
seperti semula.
Saat dibongkar kondisi kain kafan sudah tak beraturan, karena tali
kafan sudah hilang. Selain itu, kepala almarhum sudah terpisah. ''Jadi
baru digali sekitar 60 senitemer itu sudah ditemukan kepalanya. Dan, itu
tidak menggunakan tangan,'' katanya.
Ditanya, apakah yang menjadi motif ada orang yang melakukan hal itu,
Subhan menyatakan belum bisa menyimpulkan. Dia menuturkan, ketika
bertanya ke beberapa sesepuh desa, kalau untuk kesaktian biasanya hanya
mengambil gelu di dalam kuburan kain kafan. ''Tapi, ini hingga sampai
ada pemotongan kepala. Jadi, kami juga tidak tahu pasti digunakan untuk
apa,'' ucapnya.
Dengan kondisi itu, ujar Subhan, akan dilakukan rapat desa untuk
menyikapi hal itu. Harapannya, bisa diambil langkah bersama agar tidak
terjadi kembali hal serupa.
''Rencananya kami lakukan rapat nanti malam (kemarin- Red) untuk
membahas hal itu. Entah itu ada ronda atau upaya lain nanti akan dibahas
agar tidak terjadi hal serupa di waktu-waktu mendatang,'' ungkapnya.
(H75-57)
Sumber : www.suaramerdeka.com