Sewaktu masih kuliah
dulu, Alhamdulillah aku memiliki uang saku yang lebih. Selain uang saku
dari orang tua, pemasukan dari pengelolaan rental komputer juga honor
yang kudapatkan dari menulis di media massa. Dengan uang lebih itu,
akhirnya aku berinisiatif untuk mentraktir teman-teman yang dari rumah
dikasih uang saku pas-pasan oleh orang tuanya.
Apalagi jika teman tersebut memang golongan menengah kebawah. Aku pun terdorong untuk membantunya meski hanya dengan bantuan yang sepele. Salah seorang temanku ada yang termasuk dalam kategori itu. Pasalnya, uang untuk kebutuhan sehari-harinya memang sangat kurang. Ia juga pernah cuti kuliah lantaran tidak sanggup membayar registrasi. Sehingga bisa dipastikan untuk keperluan makan kadang-kadang ada dan banyak tidaknya. Sementara ia memang kumpul denganku.
Bukan lantaran paksaan tetapi karena panggilan hati ia yang membutuhkan tersebut aku bantu untuk makan sesuai dengan berapa kali aku makan. Ketika aku makan berarti ia ikut. Begitu dan seterusnya. Di dalam hatiku tidak ada pamrih apa-apa. Intinya karena ada yang membutuhkan makanya aku harus membantunya. Meskipun bantuannya hanya sesuai dengan kemampuanku.
Barangkali bukan hanya ia saja. Beberapa teman yang kebetulan sering ngumpul dengan aku juga kuperlakukan sama. Ketika aku makan di warung ya aku yang membayarkan. Entah itu habisnya berapa? Yang penting kita bisa menikmati makan secara bersama-sama.
Alhamdulillah, kebiasaan itu berlangsung cukup lama. Tatkala aku mempunyai uang yang lebih aku kerap melakukan hal itu. Jujur saja, dengan kebiasaan itu, banyak teman-teman yang dekat dan akrab denganku. Meski tidak ada kepentingan sama sekali.
Apalagi jika teman tersebut memang golongan menengah kebawah. Aku pun terdorong untuk membantunya meski hanya dengan bantuan yang sepele. Salah seorang temanku ada yang termasuk dalam kategori itu. Pasalnya, uang untuk kebutuhan sehari-harinya memang sangat kurang. Ia juga pernah cuti kuliah lantaran tidak sanggup membayar registrasi. Sehingga bisa dipastikan untuk keperluan makan kadang-kadang ada dan banyak tidaknya. Sementara ia memang kumpul denganku.
Bukan lantaran paksaan tetapi karena panggilan hati ia yang membutuhkan tersebut aku bantu untuk makan sesuai dengan berapa kali aku makan. Ketika aku makan berarti ia ikut. Begitu dan seterusnya. Di dalam hatiku tidak ada pamrih apa-apa. Intinya karena ada yang membutuhkan makanya aku harus membantunya. Meskipun bantuannya hanya sesuai dengan kemampuanku.
Barangkali bukan hanya ia saja. Beberapa teman yang kebetulan sering ngumpul dengan aku juga kuperlakukan sama. Ketika aku makan di warung ya aku yang membayarkan. Entah itu habisnya berapa? Yang penting kita bisa menikmati makan secara bersama-sama.
Alhamdulillah, kebiasaan itu berlangsung cukup lama. Tatkala aku mempunyai uang yang lebih aku kerap melakukan hal itu. Jujur saja, dengan kebiasaan itu, banyak teman-teman yang dekat dan akrab denganku. Meski tidak ada kepentingan sama sekali.
* * *
Ketika aku sudah lulus kuliah akhirnya kebiasaan ntraktir itu sedikit berkurang. Karena aku sudah kembali ke kampung halaman. Meski demikian, ternyata teman-teman yang sering aku traktik kangen juga. Kangen karena sudah tidak ada yang nraktir lagi. Apalagi setelah lulus aku makin jarang main ke kampus.
Jika aku memang sengaja ke kampus untuk sekedar main-main, teman-teman yang kutuju ya memang mereka. Tetapi intensitasnya sudah sangat berkurang. Tidak pasti. Tetapi semangatku uang membikin senang teman-teman tetap membara.
Di rumah aku juga demikian. Teman-teman yang memang akrab denganku ya statusnya sama. Ketika aku memiliki uang lebih saat makan bersama yang aku yang membayarkan.
Tujuanku karena aku diberikan rizki oleh Allah SWT lebih sehingga aku berusaha membantu teman-teman. Meski bantuannya tidak seberapa tetapi harapanku membuat mereka senang.
Tujuan berikutnya adalah mengakrabkan. Dengan cara tersebut kita akan semakin akrab dan mengikat. Selain itu jika kita sering membantu orang lain maka orang lain akan membantu kita. Jika kita sering ntraktir orang kita juga bakal ditraktir.
Meski demikian aku tidak lantas menanti-nanti traktiran orang lain. Ketika aku sudah ntraktir orang ya sudah tidak perlu diingat-ingat biar keihkalasan itu muncul.
Yakin Dibalas
Rizki yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya memang melimpah. Sesuatu yang aku berikan kepada orang lain pasti akan dibalas entah itu di dunia maupun di akhirat kelak. Yang pasti akan membalas tentu bukan hanya orang yang sama, orang lain juga sangat mungkin. Kapan waktunya? Kita tidak perlu menanti-nantinya. Yang terpenting kita harus berbuat baik kepada orang lain. Allah SWT pasti akan membalasnya.
Ternyata janji Allah SWT memang benar adanya. Ketika aku tidak sengaja pergi dengan teman kemudian makan, aku dibayarkan oleh teman. Bukan hanya itu saja, orang yang lebih tua dari aku ketika beliau-beliau meminta bantuanku hal-hal yang demikian juga tidak lupa untuk diberikan. Baik berupa makan bahkan uang.
Dan itu terjadi untuk berulang-ulang kali. Sehingga hal itu yang sangat kuyakini sebagai balasan Allah SWT. Jika kita berbuat baik kepada orang lain maka orang lain juga akan membalasnya. Aku tidak bisa mengelak pemberian itu. Aku harus menerimanya dengan mengucapkan banyak syukur kepada Allah. Dengan mengucap Alhamdulillah.
Meski begitu aku juga masih eksis untuk membantu jika orang lain membutuhkan. Karena rizki yang aku miliki tidaklah banyak kusisakan sedikitnya untuk mereka. Entah untuk mentraktir teman, sedekah dan urusan sosial yang lain.
Kita mesti percaya, sesuatu yang kita berikan kepada orang lain tidak bakal mengurangi rizki kita. Karena rizki yang Allah berikan kepada kita tidak akan berkurang tetapi sebaliknya akan terus bertambah. Sebab sesuatu yang kita berikan kepada orang lain pahalanya menjadi berlipat ganda. (Syaiful Mustaqim)
Sumber dan Foto : syaifulmustaqim.blogspot.com